HARI INI DALAM MEMORABILIA
Dia berkata, “Jalanmu ada dalam genggamanmu.”
Maka, berlalu pulalah usia
Satu per Satu
Menguap entah menjadi makna atau hanya sekadar hitungan mundur
dalam hitung-hitungan hidup yang memang takkan pernah abadi
senyuman dan sebuah cita-cita
terkadang tak mudah mengurainya sebagai sebuah warna
dan sering kali berbaur antara semangat dan kemalasan, kejujuran dan kepalsuan,
kemarin dan esok, masa lalu dan masa depan, antara eksistensi dan ketiadaan,
keberhasilan dan kegagalan, dan kamu tahu …
kamu adalah hidupmu sendiri
berhentilah berhalusinasi tentang masa depan
karena hari esok adalah kenyataan
jadi hadapi juga dengan kenyataan
berhentilah mengeluh
karena keluhan hanya akan mematikan hati
jadi lalui saja tanpa harus merasa bersalah
melangkahlah dengan kakimu sendiri
jika masih tersisa ragu di hati
lunturkanlah dengan doa-doa di sepertiga malam
maka Penciptamu takkan pernah membiarkanmu tersesat
senyuman dan sebuah cita-cita
aku tahu itu saat menatap wajahmu yang berpendar hari ini
semoga yang terbaik selalu hadir untukmu
semoga jalan itu tak terlalu berliku menuntunmu ke arah cahaya esok
ke arah dirimu yang baru
untukmu, anakku…
untukmu, muridku…
Ghianda Kahlia Solihat…
Yang sedang tersenyum dalam bingkai usia 17…
Bandung, 3 September 2010
puisi di atas adalah kado ulang tahunku yang dipersembahkan oleh guru bahasa indonesiaku ketika di smp. aku tidak pernah mengatakan kepadanya tapi pak widilah yang mejadikan aku pribadi yang mencintai merangkai kata-kata. aku selalu berusaha menghasilkan rangkaian kata yang membuat beliau bangga.
terimakasih guruku, bapak widi yanto
Dia berkata, “Jalanmu ada dalam genggamanmu.”
Maka, berlalu pulalah usia
Satu per Satu
Menguap entah menjadi makna atau hanya sekadar hitungan mundur
dalam hitung-hitungan hidup yang memang takkan pernah abadi
senyuman dan sebuah cita-cita
terkadang tak mudah mengurainya sebagai sebuah warna
dan sering kali berbaur antara semangat dan kemalasan, kejujuran dan kepalsuan,
kemarin dan esok, masa lalu dan masa depan, antara eksistensi dan ketiadaan,
keberhasilan dan kegagalan, dan kamu tahu …
kamu adalah hidupmu sendiri
berhentilah berhalusinasi tentang masa depan
karena hari esok adalah kenyataan
jadi hadapi juga dengan kenyataan
berhentilah mengeluh
karena keluhan hanya akan mematikan hati
jadi lalui saja tanpa harus merasa bersalah
melangkahlah dengan kakimu sendiri
jika masih tersisa ragu di hati
lunturkanlah dengan doa-doa di sepertiga malam
maka Penciptamu takkan pernah membiarkanmu tersesat
senyuman dan sebuah cita-cita
aku tahu itu saat menatap wajahmu yang berpendar hari ini
semoga yang terbaik selalu hadir untukmu
semoga jalan itu tak terlalu berliku menuntunmu ke arah cahaya esok
ke arah dirimu yang baru
untukmu, anakku…
untukmu, muridku…
Ghianda Kahlia Solihat…
Yang sedang tersenyum dalam bingkai usia 17…
Bandung, 3 September 2010
puisi di atas adalah kado ulang tahunku yang dipersembahkan oleh guru bahasa indonesiaku ketika di smp. aku tidak pernah mengatakan kepadanya tapi pak widilah yang mejadikan aku pribadi yang mencintai merangkai kata-kata. aku selalu berusaha menghasilkan rangkaian kata yang membuat beliau bangga.
terimakasih guruku, bapak widi yanto
Ini buatan pak widi?
ReplyDeleteKeren banget :-)
Pak widi harus jadi penulis nih...
AH! Aku iri ghianda dibikinin puisi sama pa widi!
ReplyDelete~~~~ hmm T_T keren bangeeeeeeeet