kapan saya disebut orang jahat?
ketika saya menjadi saudara yang jahat?
atau ketika saya menjadi anak yang jahat?
atau mungkin ketika saya menjadi teman yang jahat?
apakah saya saudara yang jahat?
saya sendiri juga tak yakin, hanya saja saya pernah merasa menjadi saudara yang jahat. saya merasa menjadi adik yang buruk. saat itu saya terlibat adu mulut dengan teteh. karena emosi saya berkata dasar kakak ga bener. detik berikutnya saya merasa sangat buruk. saya merasa amat sangat buruk. bagaimana saya bisa berkata demikian? seolah olah saya telah menjadi sosok kakak yang patut dibanggakan. sebenarnya saya juga takut teteh akan berkata memang kau adik yang bener?. sungguh saat itu saya merasa kacau. saya memang masih yakin bahwa perdebatan itu terjadi karena salah teteh, tapi saya bahkan tak bisa memungkiri bahwa yang saya katakan sangat buruk. apa yang harus saya lakukan? tentu saya tahu bahwa saya harus memohon maaf. tapi apa saya lakukan? tidak, saya tak lakukan itu. bisa dikatakan saya memang meminta maaf tapi bahkan saya tak memintanya langsung dihadapannya. malamnya saya tak bisa tidur. saya hanya berfikir bagaimana bila esok saya tak sempat memintanya memaafkan perkataan tolol saya. saya putuskan untuk mengirim sms padanya. sms yang berisi permohonan maaf. setelah itu kami pun kembali akur dan bahkan mungkin saya akan lupa kejadian itu bila saya tidak merasa menjadi kakak yang jahat.
seolah beralih peran, tepatnya kemarin 4/4/10 saya menjadi seorang figur kakak yang tak dapat dibanggakan. apa yang saya lakukan? saya bersikap buruk ketika adik saya minta bantuan saya untuk mengerjakan tugas matematikanya. awalnya saya setuju untuk membantunya. ketika saya tahu bahwa itu tugas selama liburannya dan dia baru akan mengerjakannya malam sebelum ia akan sekolah saya menjadi kesal. saya berfikir bagaiman dia bisa mengabaikan tugasnya dan pergi ke jakarta untuk bersenang senag. bahkan meninggalkan saya dan teteh untuk mengerjakan pekerjaan rumah karena memang saat ini kami tidak memiliki pembantu. saat itu aku menegurnya memang teguran saya sedikit kasar dan memojokan sehingga dia membatah dan berkata memang rejeki nia! saat itu entah mengapa saya merasa tidak dihormati padahal mungkin sebenarnya saya merasa iri. beberapa saat kemudian saya melakukan hal buruk lagi. saya bilang kerjain aja matematiknya sendiri anggap aja bukan rejekinya! sunggu bodoh dan tolol. maka lengkaplah sudah dan saat itu saya menjadi saudara yang jahat.
apakah itu menjadikan saya orang jahat?
ketika saya menjadi saudara yang jahat?
atau ketika saya menjadi anak yang jahat?
atau mungkin ketika saya menjadi teman yang jahat?
apakah saya saudara yang jahat?
saya sendiri juga tak yakin, hanya saja saya pernah merasa menjadi saudara yang jahat. saya merasa menjadi adik yang buruk. saat itu saya terlibat adu mulut dengan teteh. karena emosi saya berkata dasar kakak ga bener. detik berikutnya saya merasa sangat buruk. saya merasa amat sangat buruk. bagaimana saya bisa berkata demikian? seolah olah saya telah menjadi sosok kakak yang patut dibanggakan. sebenarnya saya juga takut teteh akan berkata memang kau adik yang bener?. sungguh saat itu saya merasa kacau. saya memang masih yakin bahwa perdebatan itu terjadi karena salah teteh, tapi saya bahkan tak bisa memungkiri bahwa yang saya katakan sangat buruk. apa yang harus saya lakukan? tentu saya tahu bahwa saya harus memohon maaf. tapi apa saya lakukan? tidak, saya tak lakukan itu. bisa dikatakan saya memang meminta maaf tapi bahkan saya tak memintanya langsung dihadapannya. malamnya saya tak bisa tidur. saya hanya berfikir bagaimana bila esok saya tak sempat memintanya memaafkan perkataan tolol saya. saya putuskan untuk mengirim sms padanya. sms yang berisi permohonan maaf. setelah itu kami pun kembali akur dan bahkan mungkin saya akan lupa kejadian itu bila saya tidak merasa menjadi kakak yang jahat.
seolah beralih peran, tepatnya kemarin 4/4/10 saya menjadi seorang figur kakak yang tak dapat dibanggakan. apa yang saya lakukan? saya bersikap buruk ketika adik saya minta bantuan saya untuk mengerjakan tugas matematikanya. awalnya saya setuju untuk membantunya. ketika saya tahu bahwa itu tugas selama liburannya dan dia baru akan mengerjakannya malam sebelum ia akan sekolah saya menjadi kesal. saya berfikir bagaiman dia bisa mengabaikan tugasnya dan pergi ke jakarta untuk bersenang senag. bahkan meninggalkan saya dan teteh untuk mengerjakan pekerjaan rumah karena memang saat ini kami tidak memiliki pembantu. saat itu aku menegurnya memang teguran saya sedikit kasar dan memojokan sehingga dia membatah dan berkata memang rejeki nia! saat itu entah mengapa saya merasa tidak dihormati padahal mungkin sebenarnya saya merasa iri. beberapa saat kemudian saya melakukan hal buruk lagi. saya bilang kerjain aja matematiknya sendiri anggap aja bukan rejekinya! sunggu bodoh dan tolol. maka lengkaplah sudah dan saat itu saya menjadi saudara yang jahat.
apakah itu menjadikan saya orang jahat?
waah pertengkaran antar saudara..
ReplyDeletehaha aku pun sering melakukannya dengan adikku ghianda, sometimes i think something exactly with what ghianda thought on that kind of condition (berbahasa seadanya).
mungkin ghianda sedang agak labil atau bad mood, sehingga emosi yang muncul tak tertahankan, seperti apa yang sering kurasakan pada ali hehe.
hal itu sering dirasakan oleh orang-orang macam kita, mungkin hal itu ada untuk menguji bagaimana kita mengontrol emosi kita? atau mungkin hal itu ada untuk melatih kita untuk sedikit mengalah? ...entahlah.
terbalik sama saya . . justru aku mau marah ke azi . .sama azi malah di bentak balik . .terus kami berdua nangis bareng . . ahahahaha . .:D
ReplyDelete-maya-